#TemanggungZone - Setiap tahun baru Jawa, di sendang Sidhukun Desa Traji, Temanggung, Jawa Tengah, diadakan tradisi satu suro yang berlangsung di area sendang Sidhukun.
Di dekat sendang tersebut terdapat sumber mata air bertuah. Konon, disitu lah tongkat Sunan Kalijaga ditancapkan untuk mendapatkan air wudlu. Mata air di dekat sendang dipercaya oleh masyarakat setempat bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit, membuat awet muda, dll. Menurut juru kunci sendang tersebut, sesaji yang dibawa akan ditempatkan di pendopo dekat sumur tersebut. Sesaji berupa kepala kambing, bunga wangi, pisang raja dan buah-buahan lain, minuman kopi yang harus menggunakan wadah panci tertutup, wedhang santen dan ketan bakar yang semuanya itu disebut dengan “Angsung Bulu Bekti”.

Beberapa hari sebelum puncak acara sepanjang Jalan Ngadirejo – Parakan sudah dipenuhi oleh pedagang musiman yang datang dari berbagai wilayah.
Puncak acara diadakan pada malam 1 suro pada pukul 18.00 sampai 20.00 WIB. Dalam tradisi tersebut, Kepala desa setempat harus menggunakan pakaian pengantin adat Jawa. Sedangkan warga lainnya mengenakan pakaian adat Jawa juga. Mereka berjalan dari Balai Desa Traji hingga sendang Sidhukun sambil membawa gunungan yang berisi hasil bumi warga setempat.
Di tempat ini juga berlangsung tradisi layaknya seperti pengantin yang sering disebut kacar-kucur. Setelah pembacaan doa yang dipimpin oleh kepala desa setempat, gunungan itu dilempar ke area sendang dan sekitarnya. Orang-orang berebut isi dari gunungan, diikuti beberapa orang yang rela menceburkan dirinya ke sendang Sidhukun. Beberapa pengunjung lainnya antre untuk mendapatkan air dari mata air sendang, yang diberikan oleh juru kunci sendang Sidhukun. Beberapa berkeyakinan akan mendapatkan berkah dan kemudahan jika mengikuti dan mendapat hasil dari gunungan tersebut. Setelah serangkaian tradisi dilakukan, kemudian kepala desa tersebut beserta istri diikuti oleh beberapa perangkat desa berjalan mengelilingi sendang Sidhukun.
Setelah kembali ke balai desa, kepala desa Traji beserta istri duduk berdampingan dan mendapat penghormatan berupa sungkeman dari seluruh perangkat desa. Pada kesempatan itu mereka membagikan uang logam kepada siapa pun yang sungkem sebagai simbol berkah atas ritual tersebut.
Selain itu ada juga pementasan wayang kulit selama beberapa hari di balai desa Traji. Konon katanya, tradisi pementasan wayang tersebut bermula dari kisah dalang wayang kulit bernama Garu. Dia didatangi orang berpakaian bangsawan yang mengaku berasal dari Desa Traji dan meminta untuk mementaskan wayang kulit setiap 1 suro. Setelah mementaskan wayang, Garu dibayar oleh orang itu berupa kunir 1 nampan, namun Garu hanya mengambil 3 kunir saja. Saat hendak pulang Garu di diberi amanat oleh orang itu. Garu tidak boleh menoleh sebelum 7 langkah, namun Garu tidak mengindahkan pesan itu. Saat menoleh ternyata orang itu sudah hilang, tempat itu berubah menjadi sendang atau kolam dan 3 kunir yang diambilnya berubah menjadi emas batangan. Setelah itu Garu sadar ternyata orang itu bukan sembarangan orang, lalu dia pergi ke sesepuh Desa Traji dan meminta setiap Suro ada pementasan wayang di desa tersebut. #temanggung #temanggungbersenyum #budaya #temanggungzone #jawatengah #jateng #indonesia #tradisi
Source : leamoslo.wordpress.com
Editor : come

0 komentar:

Posting Komentar

 
temanggungzone © 2016. All Rights Reserved.
Top